Rumus hitungan ini merupakan rumus hitungan dasar yang sudah umum digunakan media cetak manapun. Dulu, rumus ini merupakan standar yang dipakai oleh Survei Research Indonesia atau biasanya disingkat dengan SRI untuk menghitung jumlah pembaca suatu media.
Apa fungsinya SRI mengeluarkan rumus? Banyak fungsi, diantaranya untuk mengetahui media cetak mana yang memiliki jumlah pembaca paling banyak. Juga sebagai panduan bagi para biro iklan atau perusahaan untuk menempatkan dana belanja iklan di media yang mana. Tentunya para biro iklan atau perusahaan lebih senang menempatkan dana belanja iklan di media yang jumlah pembacanya banyak. Semakin banyak pembacanya, para pemasang iklan berharap iklan yang mereka taruh tidak sia-sia. Artinya, para pembaca mulai melirik dan membeli produk atau jasa yang ditawarkan.
Media warta gereja umumnya nirlaba karena dibiayai dari dana persembahan jemaat. Jadi, memang tidak perlu mencari iklan sendiri. Kecuali kalau memang tujuannya untuk memberdayakan potensi kewirausahaan jemaat dengan memberikan ruang iklan yang murah meriah.
Walau nirlaba, para pengelola sebaiknya memahami rumus standar ini. Mengapa? Ketika kita mengenal siapa pembaca media, kita akan memberikan sajian tulisan yang tepat guna. Jika tulisan itu tepat guna, tidak ada lagi cerita warta gereja yang dibuang jemaat. Tidak perlu ada pengumuman yang diteriakkan dari mimbar untuk menghimbau jemaat agar tidak membuang warta gereja di lantai atau bangku gereja. Tanpa perlu disuruh atau diteriakkan, para jemaat memiliki kesadaran sendiri untuk menyimpan warta gereja.
Andaikata setiap pengelola warta jemaat memahami hal ini, tentu pengerjaan warta akan direncanakan dengan baik. Bukan jurus SKS, sistem kebut semalam yang biasanya berakibat copy-paste dari internet. Copy-paste dari internet sendiri pun ada aturannya. Harus menyebutkan sumber tulisan karena ini menyangkut hak cipta. Sebelum ada cerita, gereja disomasi karena mengkopi tulisan orang lain tanpa menyebutkan sumber maka lebih baik Anda cantumkan. Toh, Anda harus menghargai jerih payah penulis yang bersangkutan.
CARA MENGHITUNG POTENSI PEMBACA MEDIA CETAK
Potensi pembaca tidak sama dengan jumlah eksemplar media cetak yang diterbitkan. Jika warta Anda diperbanyak sebesar 1.000 biji maka itulah yang dinamakan oplah. Oplah warta gereja Anda sebesar 1.000 eksemplar. Potensi pembaca Anda bukan 1.000 orang.
Bagaimana cara menghitung potensi pembaca media cetak? Umumnya media cetak menggunakan rumus 4x. Artinya satu media cetak dibaca minimal 4 orang. 1 media cetak = 4 pembaca. Jika warta gereja Anda memiliki oplah 1.000 eksemplar, berarti potensi pembaca warta Anda, minimal, 4.000 orang (1.000 eksemplar x 4 pembaca).
Demikian pula halnya dengan penerbitan Tabloid Gloria. Tabloid Gloria yang memiliki oplah 12.000 eksemplar, memiliki potensi pembaca lebih dari 12.000 orang. Sesuai rumus tersebut, cara menghitungnya:
12.000 eksemplar x 4 pembaca = 48.000 pembaca.
Itu jika dihitung satu Tabloid Gloria minimal dibaca 4 orang. Faktanya, seperti di Hongkong, satu eksemplar Tabloid Gloria bisa dibaca 5-10 orang oleh warga negara Indonesia yang ada di sana. Katakanlah jumlah Tabloid Gloria yang ada di Hongkong ada 2.000 eksemplar. Jika satu Tabloid Gloria dibaca 8 warga negara Indonesia yang ada di Hongkong maka hitungan potensi pembacanya ialah:
2.000 eksemplar x 8 pembaca = 16.000 pembaca
Kalau kita mau menjumlahkan semuanya maka dihitung seperti berikut:
Tabloid Gloria beredar di Indonesia: 10.000 eksemplar x 4 pembaca = 40.000 pembaca
Tabloid Gloria beredar di Hongkong: 2.000 eksemplar x 8 pembaca = 16.000 pembaca.
Total potensi pembaca Tabloid Gloria ialah 56.000 pembaca
Anda mungkin bertanya-tanya, darimana angka 4 orang tadi. 4 orang tadi merupakan jumlah minimal satu keluarga. Satu eksemplar warta gereja bisa dibaca oleh bapak, ibu, 2 anak. Totalnya empat pembaca. Sekali lagi, itu merupakan angka minimal. Itu pun jika dihitung dengan angka 4x. Sebelumnya, saya pernah menuliskan bahwa ada kemungkinan warta gereja dibawa ke tempat kerja dan dibaca rekan-rekan kerjanya. Berarti potensi pembaca lebih dari 4 orang kan.
Kini, Anda bisa menghitung sendiri berapa potensi pembaca warta gereja Anda. Tanpa disadari, potensi pembaca warta gereja justru lebih banyak jumlahnya ketimbang jumlah eksemplar warta gereja. Dari situ, Anda harus mawas diri dan melakukan evaluasi rubrik-rubrik yang ada di warta gereja.
Contoh, jumlah jemaat gereja 200 orang. Biasanya hanya mencetak 200 eksemplar warta sehingga Anda hanya tahu bahwa jumlah pembaca Anda 200 orang. Kini, gunakan rumus SRI, Anda akan menemukan potensi pembaca lebih dari 200 orang. 200 eksemplar x 4 orang = 800 pembaca. Itu merupakan angka minimal. Kalau Anda sudah mengetahui fakta ini, apakah Anda tega mengelola warta gereja dengan asal-asalan? Kita tidak pernah menyadari bahwa ada banyak orang yang merasa imannya dikuatkan, diberkati melalui tulisan-tulisan. Bukankah sangat membahagiakan jika ternyata itu merupakan tulisan dari jemaat sendiri?
Mengetahui berapa banyak jumlah potensi pembaca warta gereja juga karakteristik pembaca, akan sangat membantu Anda dalam melakukan pengelolaan media gereja. Berapa persen jumlah pembaca pria dan wanita? Bagaimana kategori usia mereka? Apa saja pekerjaan mereka? Berapa persen yang lulus SD, SLTP, SLTA, D1, D3, D3, S1, S2 atau putus sekolah?
Wah, apakah tidak terlalu berlebihan jika pengelola warta gereja mengadakan survei tersebut? Tidak. Kecuali jika memang gereja Anda tidak mau mengenal dekat siapa pembaca warta yang notabene adalah jemaat. Saya katakan tadi, dengan mengenal siapa pembaca akan membantu Anda membuat tulisan-tulisan.
Contoh, pekerjaan jemaat. Jika 75% jemaat adalah pengusaha, pemilihan tulisan tentu berbeda jika 75% jemaat adalah karyawan swasta maupun negeri. Bayangkan kalau tulisan-tulisan di dalam warta ditujukan untuk memberkati para karyawan, tentu para pengusaha akan melewatkan tulisan tadi. Mereka berpikir bahwa dirinya bukan karyawan. Karyawan memiliki persoalan. Pengusaha juga memiliki persoalan tersendiri yang sangat berbeda dengan persoalan karyawan. Karyawan memikirkan bagaimana caranya supaya bisa naik gaji. Atau bagaimana cara mengelola gaji supaya bisa membeli rumah. Pengusaha tidak akan memikirkan itu. Pengusaha akan memikirkan bagaimana meningkatkan penjualan di era ekonomi resesi dunia seperti sekarang. Atau bagaimana melakukan pengawasan sehingga karyawan tidak mencuri uang perusahaan. Beda kan? Sangat penting mengenal siapa pembaca warta atau jemaat Anda!
(bersambung)
Dimuat di Tabloid Gloria Edisi 461, Tahun 2009
Sumber Gambar: image bank